Psikologi pendidikan adalah cabang dari ilmu
psikologi yang mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan
pembelajaran dalam lingkungan pendidikan.
Psikologi pendidikan merupakan sumbangsih dari ilmu
pengetahuan psikologi terhadap dunia pendidikan dalam kegiatan pendidikan
pembelajaran, pengembangan kurikulum, proses belajar mengajar, sistem evaluasi,
dan layanan konseling merupakan serta beberapa kegiatan utama dalam pendidikan
terhadap peserta didik, pendidik, orang tua, masyarakat dan pemerintah agar
tujuan pendidikan dapat tercapai secara sempurna dan tepat. Keberhasilan
seorang guru dalam mengajar sangat berkaitan dengan penguasaan sains serta seni
dan keahlian mengajarnya.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
Agar fungsi pendidik sebagai motivator, inspirator
dan fasilitator dapat dilakonkan dengan baik, maka pendidik perlu memahami
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar subjek didik.
Faktor-faktor itu lazim dikelompokkan atas dua bahagian, masing-masing faktor
fisiologis dan faktor psikologis (Depdikbud, 1985 :11).
Faktor
Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis ini mencakup faktor
material pembelajaran, faktor lingkungan, faktor instrumental dan faktor
kondisi individual subjek didik.Material pembelajaran turut menentukan
bagaimana proses dan hasil belajar yang akan dicapai subjek didik. Karena itu,
penting bagi pendidik untuk mempertimbangkan kesesuaian material pembelajaran
dengan tingkat kemampuan subjek didik ; juga melakukan gradasi material
pembelajaran dari tingkat yang paling sederhana ke tingkat lebih kompeks.
Faktor lingkungan, yang meliputi lingkungan alam dan
lingkungan sosial, juga perlu mendapat perhatian. Belajar dalam kondisi alam
yang segar selalu lebih efektif dari pada sebaliknya. Demikian pula, belajar
padapagi hari selalu memberikan hasil yang lebih baik dari pada sore hari.
Sementara itu, lingkungan sosial yang hiruk pikuk, terlalu ramai, juga kurang
kondisif bagi proses dan pencapaian hasil belajar yang optimal.
Yang tak kalah pentingnya untuk dipahami adalah
faktor-faktor instrumental, baik yang tergolong perangkat keras (hardware)
maupun perangkat lunak (software). Perangkat keras seperti perlangkapan
belajar, alat praktikum, buku teks dan sebagainya sangat berperan sebagai
sarana pencapaian tujuan belajar. Karenanya, pendidik harus memahami dan mampu
mendayagunakan faktor-faktor instrumental ini seoptimal mungkin demi
efektifitas pencapaian tujuan-tujuan belajar.
Faktor fisiologis lainnya yang berpengaruh terhadap
proses dan hasil belajar adalah kondisi individual subjek didik sendiri.
Termasuk ke dalam faktor ini adalah kesegaran jasmani dan kesehatan indra.
Subjek didik yang berada dalam kondisi jasmani yang kurang segar tidak akan
memiliki kesiapan yang memadai untuk memulai tindakan belajar.
Faktor
Psikologis
Faktor-faktor psikologis yang berpengaruh terhadap
proses dan hasil belajar jumlahnya banyak sekali, dan masing-masingnya tidak
dapat dibahas secara terpisah. Perilaku individu, termasuk perilaku belajar,
merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas yang lahir sebagai hasil akhir saling
pengaruh antara berbagai gejala, seperti perhatian, pengamatan, ingatan,
pikiran dan motif.
Perhatian
Tentulah dapat diterima bahwa subjek didik yang
memberikan perhatian intensif dalam belajar akan memetik hasil yang lebih baik.
Perhatian intensif ditandai oleh besarnya kesadaran yang menyertai aktivitas
belajar. Perhatian intensif subjek didik ini dapat dieksloatasi sedemikian rupa
melalui strategi pembelajaran tertentu, seperti menyediakan material
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan subjek didik, menyajikan material
pembelajaran dengan teknik-teknik yang bervariasi dan kreatif, seperti bermain
peran (role playing), debat dan sebagainya.
Strategi pemebelajaran seperti ini juga dapat
memancing perhatian yang spontan dari subjek didik. Perhatian yang spontan
dimaksudkan adalah perhatian yang tidak disengaja, alamiah, yang muncul dari
dorongan-dorongan instingtif untuk mengetahui sesuatu, seperti kecendrungan
untuk mengetahui apa yang terjadi di sebalik keributan di samping rumah, dan
lain-lain. Beberapa hasil penelitian psikologi menunjukkan bahwa perhatian
spontan cendrung menghasilkan ingatan yang lebih lama dan intensif dari pada
perhatian yang disengaja.
Pengamatan
Pengamatan adalah cara pengenalan dunia oleh subjek
didik melalui penglihatan, pendengaran, perabaan, pembauan dan pengecapan.
Pengamatan merupakan gerbang bai masuknya pengaruh dari luar ke dalam individu
subjek didik, dan karena itu pengamatan penting artinya bagi pembelajaran.
Untuk kepentingan pengaturan proses pembelajaran,
para pendidik perlu memahami keseluruhan modalitas pengamatan tersebut, dan
menetapkan secara analitis manakah di antara unsur-unsur modalitas pengamatan
itu yang paling dominan peranannya dalam proses belajar. Kalangan psikologi
tampaknya menyepakati bahwa unsur lainnya dalam proses belajar. Dengan kata
lain, perolehan informasi pengetahuan oleh subjek didik lebih banyak dilakukan
melalui penglihatan dan pendengaran.
Jika demikian, para pendidik perlu mempertimbangkan
penampilan alat-alat peraga di dalam penyajian material pembelajaran yang dapat
merangsang optimalisasi daya penglihatan dan pendengaran subjek didik. Alat
peraga yang dapat digunakan, umpamanya, bagan, chart, rekaman, slide dan
sebagainya.
Ingatan
Secara teoritis, ada 3 aspek yang berkaitan dengan
berfungsinya ingatan, yakni menerima
kesan, menyimpan kesan, dan memproduksi kesan. Mungkin karena
fungsi-fungsi inilah, istilah “ingatan” selalu didefinisikan sebagai kecakapan
untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan.
Kecakapan merima kesan sangat sentral peranannya
dalam belajar. Melalui kecakapan inilah, subjek didik mampu mengingat hal-hal
yang dipelajarinya.
Dalam konteks pembelajaran, kecakapan ini dapat
dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya teknik pembelajaran yang digunakan
pendidik. Teknik pembelajaran yang disertai dengan penampilan bagan, ikhtisar
dan sebagainya kesannya akan lebih dalam pada subjek didik. Di samping itu,
pengembangan teknik pembelajaran yang mendayagunakan “titian ingatan” juga lebih
mengesankan bagi subjek didik, terutama untuk material pembelajaran berupa
rumus-rumus atau urutan-urutan lambang tertentu. Contoh kasus yang menarik
adalah mengingat nama-nama kunci nada g (gudeg), d (dan), a (ayam), b (bebek)
dan sebagainya.
Hal lain dari ingatan adalah kemampuan menyimpan
kesan atau mengingat. Kemampuan ini tidak sama kualitasnya pada setiap subjek
didik. Namun demikian, ada hal yang umum terjadi pada siapapun juga : bahwa
segera setelah seseorang selesai melakukan tindakan belajar, proses melupakan
akan terjadi. Hal-hal yang dilupakan pada awalnya berakumulasi dengan cepat,
lalu kemudian berlangsung semakin lamban, dan akhirnya sebagian hal akan
tersisa dan tersimpan dalam ingatan untuk waktu yang relatif lama.
Untuk mencapai proporsi yang memadai untuk diingat,
menurut kalangan psikolog pendidikan, subjek didik harus mengulang-ulang hal
yang dipelajari dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Implikasi pandangan
ini dalam proses pembelajaran sedemikian rupa sehingga memungkinkan bagi subjek
didik untuk mengulang atau mengingat kembali material pembelajaran yang telah
dipelajarinya. Hal ini, misalnya, dapat dilakukan melalui pemberian tes setelah
satu submaterial pembelajaran selesai.
Kemampuan resroduksi, yakni pengaktifan atau prosesproduksi
ulang hal-hal yang telah dipelajari, tidak kalah menariknya untuk diperhatikan.
Bagaimanapun, hal-hal yang telah dipelajari, suatu saat, harus diproduksi untuk
memenuhi kebutuhan tertentu subjek didik, misalnya kebutuhan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan dalam ujian ; atau untuk merespons tantangan-tangan dunia
sekitar.
Pendidik dapat mempertajam kemampuan subjek didik
dalam hal ini melalui pemberian tugas-tugas mengikhtisarkan material pembelajaran
yang telah diberikan.
Berfikir
Definisi yang paling umum dari berfikir adalah
berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52) di
dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui
proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di
dalam didi seseorang yang berupa pengertian-perngertian. Dari gambaran ini
dapat dilihat bahwa berfikir pada dasarnya adalah proses psikologis dengan
tahapan-tahapan berikut : pembentukan
pengertian, penjalinan pengertian-pengertian, dan penarikan kesimpulan.
Kemampuan berfikir pada manusia alamiah sifatnya.
Manusia yang lahir dalam keadaan normal akan dengan sendirinya memiliki
kemampuan ini dengan tingkat yang reletif berbeda. Jika demikian, yang perlu
diupayakan dalam proses pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan ini, dan
bukannya melemahkannya. Para pendidik yang memiliki kecendrungan untuk
memberikan penjelasan yang “selengkapnya” tentang satu material pembelajaran
akan cendrung melemahkan kemampuan subjek didik untuk berfikir. Sebaliknya,
para pendidik yang lebih memusatkan pembelajarannya pada pemberian
pengertian-pengertian atau konsep-konsep kunci yang fungsional akan mendorong
subjek didiknya mengembangkan kemampuan berfikir mereka. Pembelajaran seperti
ni akan menghadirkan tentangan psikologi bagi subjek didik untuk merumuskan
kesimpulan-kesimpulannya secara mandiri.
Motif
Motif adalah keadaan dalam diri subjek didik yang
mendorongnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. Motif boleh jadi
timbul dari rangsangan luar, seperti pemberian hadiah bila seseorang dapat
menyelesaikan satu tugas dengan baik. Motif semacam ini sering disebut motif
ekstrensik. Tetapi tidak jarang pula motif tumbuh di dalam diri subjek didik
sendiri yang disebut motif intrinsik. Misalnya, seorang subjek didik gemar
membaca karena dia memang ingin mengetahui lebih dalam tentang sesuatu.
Dalam konteks belajar, motif intrinsik tentu selalu
lebih baik, dan biasanya berjangka panjang. Tetapi dalam keadaan motif
intrinsik tidak cukup potensial pada subjek didik, pendidik perlu menyiasati
hadirnya motif-motif ekstrinsik. Motif ini, umpamanya, bisa dihadirkan melalui
penciptaan suasana kompetitif di antara individu maupun kelompok subjek didik.
Suasana ini akan mendorong subjek didik untuk berjuang atau berlomba melebihi
yang lain.Namun demikian, pendidik harus memonitor suasana ini secara ketat
agar tidak mengarah kepada hal-hal yang negatif.
Motif ekstrinsik bisa juga dihadirkan melalui siasat
“self competition”, yakni menghadirkan grafik prestasi individual subjek
didik.Melalui grafik ini, setiap subjek didik dapat melihat
kemajuan-kemajuannya sendiri. Dan sekaligus membandingkannya dengan kemajuan
yang dicapai teman-temannya.Dengan melihat grafik ini, subjek didik akan
terdorong untuk meningkatkan prestasinya supaya tidak berada di bawah prestasi
orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar