Rabu, 19 Juni 2013

Psikologi Industri dan Organisasi

Psikologi industri dan Organisasi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia di tempat kerja.

Ilmu ini berfokus pada pengambilan keputusan kelompok, semangat kerja karyawan, motivasi kerja, produktivitas, stres kerja, seleksi pegawai, strategi pemasaran, rancangan alat kerja, dan berbagai masalah lainnya. Psikolog industri meneliti dan mengidentifikasi bagaimana perilaku dan sikap dapat diimprovisasi melalui praktik penggajian, program pelatihan, dan sistem umpan balik. Perkembangan psikologi industri di Indonesia sangat dipengaruhi oleh perkembangan psikologi di negara-negara barat terutama Amerika Serikat.


Psikologi Industri dan Organisasi dapat dibagi menjadi dua bidang studi yang luas, seperti terlihat dalam namanya. Psikologi Organisasi terdiri dari topik yang terkait dengan individu dalam konteks. Konteks dipelajari dalam psikologi organisasi termasuk organisasi dan pekerjaan, kepemimpinan (misalnya, bagaimana pemimpin mempengaruhi pekerja), dan interaksi di antara anggota kelompok atau tim. Topik seperti motivasi pekerja, emosi dan mempengaruhi, dan sikap kerja (misalnya, kepuasan kerja) juga dianggap aspek psikologi organisasi. Psikologi industri lebih berfokus pada perbedaan individu.

Inti dari psikologi industri adalah analisis pekerjaan - suatu proses yang sistematis untuk memahami pengetahuan individu, kemampuan, keterampilan, dan karakteristik pribadi lainnya yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan. Psikologi industri juga mencakup topik-topik seperti pemilihan personil (cara terbaik untuk memilih pelamar untuk pekerjaan), penilaian kinerja (bagaimana mengevaluasi efektivitas individu dalam pekerjaan), dan pelatihan dan pengembangan (bagaimana melatih pekerja untuk melakukan pekerjaan kompeten).

Aspek-Aspek Psikologi Industri

Salah satu aspek yang paling menarik dari psikologi industri adalah bagaimana perilaku karyawan mempengaruhi individu lain pada pekerjaan dan organisasi secara umum. Psikologi Industri dapat digunakan untuk mengurangi perilaku kontraproduktif, meningkatkan efektivitas tim, dan meningkatkan semangat. Hal ini juga penting dalam resolusi konflik . Banyak orang menemukan beban ketidakpuasan kerja mereka berakar dalam hubungan mereka dengan manajer dan rekan. Untungnya, psikologi industri menyediakan solusi untuk ini.
Walaupun psikologi industri merupakan campuran dari antropologi , konseling, sosiologi dan manajemen industri, ada komponen utama yang digunakan dalam jenis psikologi. Beberapa komponen utama termasuk evaluasi kepribadian karyawan, persepsi, serta sisi biologis dari perilaku mereka. Dengan mendokumentasikan titik-titik kunci, psikolog industri memiliki kemampuan untuk membantu organisasi meningkatkan fungsi mereka dan mendirikan sebuah sistem yang mendorong pertumbuhan bagi perusahaan dan karyawan.


Selasa, 18 Juni 2013

Psikologi Pendidikan

Psikologi pendidikan adalah cabang dari ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan.


Psikologi pendidikan merupakan sumbangsih dari ilmu pengetahuan psikologi terhadap dunia pendidikan dalam kegiatan pendidikan pembelajaran, pengembangan kurikulum, proses belajar mengajar, sistem evaluasi, dan layanan konseling merupakan serta beberapa kegiatan utama dalam pendidikan terhadap peserta didik, pendidik, orang tua, masyarakat dan pemerintah agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara sempurna dan tepat. Keberhasilan seorang guru dalam mengajar sangat berkaitan dengan penguasaan sains serta seni dan keahlian mengajarnya.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

Agar fungsi pendidik sebagai motivator, inspirator dan fasilitator dapat dilakonkan dengan baik, maka pendidik perlu memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar subjek didik. Faktor-faktor itu lazim dikelompokkan atas dua bahagian, masing-masing faktor fisiologis dan faktor psikologis (Depdikbud, 1985 :11).

Faktor Fisiologis

Faktor-faktor fisiologis ini mencakup faktor material pembelajaran, faktor lingkungan, faktor instrumental dan faktor kondisi individual subjek didik.Material pembelajaran turut menentukan bagaimana proses dan hasil belajar yang akan dicapai subjek didik. Karena itu, penting bagi pendidik untuk mempertimbangkan kesesuaian material pembelajaran dengan tingkat kemampuan subjek didik ; juga melakukan gradasi material pembelajaran dari tingkat yang paling sederhana ke tingkat lebih kompeks.
Faktor lingkungan, yang meliputi lingkungan alam dan lingkungan sosial, juga perlu mendapat perhatian. Belajar dalam kondisi alam yang segar selalu lebih efektif dari pada sebaliknya. Demikian pula, belajar padapagi hari selalu memberikan hasil yang lebih baik dari pada sore hari. Sementara itu, lingkungan sosial yang hiruk pikuk, terlalu ramai, juga kurang kondisif bagi proses dan pencapaian hasil belajar yang optimal.
Yang tak kalah pentingnya untuk dipahami adalah faktor-faktor instrumental, baik yang tergolong perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software). Perangkat keras seperti perlangkapan belajar, alat praktikum, buku teks dan sebagainya sangat berperan sebagai sarana pencapaian tujuan belajar. Karenanya, pendidik harus memahami dan mampu mendayagunakan faktor-faktor instrumental ini seoptimal mungkin demi efektifitas pencapaian tujuan-tujuan belajar.
Faktor fisiologis lainnya yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar adalah kondisi individual subjek didik sendiri. Termasuk ke dalam faktor ini adalah kesegaran jasmani dan kesehatan indra. Subjek didik yang berada dalam kondisi jasmani yang kurang segar tidak akan memiliki kesiapan yang memadai untuk memulai tindakan belajar.

Faktor Psikologis

Faktor-faktor psikologis yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar jumlahnya banyak sekali, dan masing-masingnya tidak dapat dibahas secara terpisah. Perilaku individu, termasuk perilaku belajar, merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas yang lahir sebagai hasil akhir saling pengaruh antara berbagai gejala, seperti perhatian, pengamatan, ingatan, pikiran dan motif.

Perhatian
Tentulah dapat diterima bahwa subjek didik yang memberikan perhatian intensif dalam belajar akan memetik hasil yang lebih baik. Perhatian intensif ditandai oleh besarnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar. Perhatian intensif subjek didik ini dapat dieksloatasi sedemikian rupa melalui strategi pembelajaran tertentu, seperti menyediakan material pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan subjek didik, menyajikan material pembelajaran dengan teknik-teknik yang bervariasi dan kreatif, seperti bermain peran (role playing), debat dan sebagainya.
Strategi pemebelajaran seperti ini juga dapat memancing perhatian yang spontan dari subjek didik. Perhatian yang spontan dimaksudkan adalah perhatian yang tidak disengaja, alamiah, yang muncul dari dorongan-dorongan instingtif untuk mengetahui sesuatu, seperti kecendrungan untuk mengetahui apa yang terjadi di sebalik keributan di samping rumah, dan lain-lain. Beberapa hasil penelitian psikologi menunjukkan bahwa perhatian spontan cendrung menghasilkan ingatan yang lebih lama dan intensif dari pada perhatian yang disengaja.

Pengamatan
Pengamatan adalah cara pengenalan dunia oleh subjek didik melalui penglihatan, pendengaran, perabaan, pembauan dan pengecapan. Pengamatan merupakan gerbang bai masuknya pengaruh dari luar ke dalam individu subjek didik, dan karena itu pengamatan penting artinya bagi pembelajaran.
Untuk kepentingan pengaturan proses pembelajaran, para pendidik perlu memahami keseluruhan modalitas pengamatan tersebut, dan menetapkan secara analitis manakah di antara unsur-unsur modalitas pengamatan itu yang paling dominan peranannya dalam proses belajar. Kalangan psikologi tampaknya menyepakati bahwa unsur lainnya dalam proses belajar. Dengan kata lain, perolehan informasi pengetahuan oleh subjek didik lebih banyak dilakukan melalui penglihatan dan pendengaran.
Jika demikian, para pendidik perlu mempertimbangkan penampilan alat-alat peraga di dalam penyajian material pembelajaran yang dapat merangsang optimalisasi daya penglihatan dan pendengaran subjek didik. Alat peraga yang dapat digunakan, umpamanya, bagan, chart, rekaman, slide dan sebagainya.

Ingatan
Secara teoritis, ada 3 aspek yang berkaitan dengan berfungsinya ingatan, yakni menerima  kesan, menyimpan kesan, dan memproduksi kesan. Mungkin karena fungsi-fungsi inilah, istilah “ingatan” selalu didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan.
Kecakapan merima kesan sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan inilah, subjek didik mampu mengingat hal-hal yang dipelajarinya.
Dalam konteks pembelajaran, kecakapan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya teknik pembelajaran yang digunakan pendidik. Teknik pembelajaran yang disertai dengan penampilan bagan, ikhtisar dan sebagainya kesannya akan lebih dalam pada subjek didik. Di samping itu, pengembangan teknik pembelajaran yang mendayagunakan “titian ingatan” juga lebih mengesankan bagi subjek didik, terutama untuk material pembelajaran berupa rumus-rumus atau urutan-urutan lambang tertentu. Contoh kasus yang menarik adalah mengingat nama-nama kunci nada g (gudeg), d (dan), a (ayam), b (bebek) dan sebagainya.
Hal lain dari ingatan adalah kemampuan menyimpan kesan atau mengingat. Kemampuan ini tidak sama kualitasnya pada setiap subjek didik. Namun demikian, ada hal yang umum terjadi pada siapapun juga : bahwa segera setelah seseorang selesai melakukan tindakan belajar, proses melupakan akan terjadi. Hal-hal yang dilupakan pada awalnya berakumulasi dengan cepat, lalu kemudian berlangsung semakin lamban, dan akhirnya sebagian hal akan tersisa dan tersimpan dalam ingatan untuk waktu yang relatif lama.
Untuk mencapai proporsi yang memadai untuk diingat, menurut kalangan psikolog pendidikan, subjek didik harus mengulang-ulang hal yang dipelajari dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Implikasi pandangan ini dalam proses pembelajaran sedemikian rupa sehingga memungkinkan bagi subjek didik untuk mengulang atau mengingat kembali material pembelajaran yang telah dipelajarinya. Hal ini, misalnya, dapat dilakukan melalui pemberian tes setelah satu submaterial pembelajaran selesai.
Kemampuan resroduksi, yakni pengaktifan atau prosesproduksi ulang hal-hal yang telah dipelajari, tidak kalah menariknya untuk diperhatikan. Bagaimanapun, hal-hal yang telah dipelajari, suatu saat, harus diproduksi untuk memenuhi kebutuhan tertentu subjek didik, misalnya kebutuhan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam ujian ; atau untuk merespons tantangan-tangan dunia sekitar.
Pendidik dapat mempertajam kemampuan subjek didik dalam hal ini melalui pemberian tugas-tugas mengikhtisarkan material pembelajaran yang telah diberikan.


Berfikir
Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam didi seseorang yang berupa pengertian-perngertian. Dari gambaran ini dapat dilihat bahwa berfikir pada dasarnya adalah proses psikologis dengan tahapan-tahapan berikut :  pembentukan pengertian, penjalinan pengertian-pengertian, dan penarikan kesimpulan.
Kemampuan berfikir pada manusia alamiah sifatnya. Manusia yang lahir dalam keadaan normal akan dengan sendirinya memiliki kemampuan ini dengan tingkat yang reletif berbeda. Jika demikian, yang perlu diupayakan dalam proses pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan ini, dan bukannya melemahkannya. Para pendidik yang memiliki kecendrungan untuk memberikan penjelasan yang “selengkapnya” tentang satu material pembelajaran akan cendrung melemahkan kemampuan subjek didik untuk berfikir. Sebaliknya, para pendidik yang lebih memusatkan pembelajarannya pada pemberian pengertian-pengertian atau konsep-konsep kunci yang fungsional akan mendorong subjek didiknya mengembangkan kemampuan berfikir mereka. Pembelajaran seperti ni akan menghadirkan tentangan psikologi bagi subjek didik untuk merumuskan kesimpulan-kesimpulannya secara mandiri.

Motif
Motif adalah keadaan dalam diri subjek didik yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. Motif boleh jadi timbul dari rangsangan luar, seperti pemberian hadiah bila seseorang dapat menyelesaikan satu tugas dengan baik. Motif semacam ini sering disebut motif ekstrensik. Tetapi tidak jarang pula motif tumbuh di dalam diri subjek didik sendiri yang disebut motif intrinsik. Misalnya, seorang subjek didik gemar membaca karena dia memang ingin mengetahui lebih dalam tentang sesuatu.
Dalam konteks belajar, motif intrinsik tentu selalu lebih baik, dan biasanya berjangka panjang. Tetapi dalam keadaan motif intrinsik tidak cukup potensial pada subjek didik, pendidik perlu menyiasati hadirnya motif-motif ekstrinsik. Motif ini, umpamanya, bisa dihadirkan melalui penciptaan suasana kompetitif di antara individu maupun kelompok subjek didik. Suasana ini akan mendorong subjek didik untuk berjuang atau berlomba melebihi yang lain.Namun demikian, pendidik harus memonitor suasana ini secara ketat agar tidak mengarah kepada hal-hal yang negatif.
Motif ekstrinsik bisa juga dihadirkan melalui siasat “self competition”, yakni menghadirkan grafik prestasi individual subjek didik.Melalui grafik ini, setiap subjek didik dapat melihat kemajuan-kemajuannya sendiri. Dan sekaligus membandingkannya dengan kemajuan yang dicapai teman-temannya.Dengan melihat grafik ini, subjek didik akan terdorong untuk meningkatkan prestasinya supaya tidak berada di bawah prestasi orang lain.

Senin, 17 Juni 2013

Psikologi Kepribadian

Psikologi Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang.


Sifat-sifat Kepribadian

Berbagai penelitian awal mengenai struktur kepribadian berkisar di seputar upaya untuk mengidentifikasikan dan menamai karakteristik permanen yang menjelaskan perilaku individu seseorang. Karakteristik yang umumnya melekat dalam diri seorang individu adalah malu, agresif, patuh, malas, ambisius, setia, dan takut. Karakteristik-karakteristik tersebut jika ditunjukkan dalam berbagai situasi, disebut sifat-sifat kepribadian. Sifat kepribadian menjadi suatu hal yang mendapat perhatian cukup besar karena para peneliti telah lama meyakini bahwa sifat-sifat kepribadian dapat membantu proses seleksi karyawan, menyesuaikan bidang pekerjaan dengan individu, dan memandu keputusan pengembangan karier.

Faktor-faktor Penentu Kepribadian

Faktor Keturunan
Keturunan merujuk pada faktor genetika seorang individu. Tinggi fisik, bentuk wajah, gender, temperamen, komposisi otot dan refleks, tingkat energi dan irama biologis adalah karakteristik yang pada umumnya dianggap, entah sepenuhnya atau secara substansial, dipengaruhi oleh siapa orang tua dari individu tersebut, yaitu komposisi biologis, psikologis, dan psikologis bawaan dari individu.        
Terdapat tiga dasar penelitian yang berbeda yang memberikan sejumlah kredibilitas terhadap argumen bahwa faktor keturunan memiliki peran penting dalam menentukan kepribadian seseorang. Dasar pertama berfokus pada penyokong genetis dari perilaku dan temperamen anak-anak.  Dasar kedua berfokus pada anak-anak kembar yang dipisahkan sejak lahir. Dasar ketiga meneliti konsistensi kepuasan kerja dari waktu ke waktu dan dalam berbagai situasi.
Penelitian terhadap anak-anak memberikan dukungan yang kuat terhadap pengaruh dari faktor keturunan. Bukti menunjukkan bahwa sifat-sifat seperti perasaan malu, rasa takut, dan agresif dapat dikaitkan dengan karakteristik genetis bawaan. Temuan ini mengemukakan bahwa beberapa sifat kepribadian mungkin dihasilkan dari kode genetis sama yang memperanguhi faktor-faktor seperti tinggi badan dan warna rambut.
Para peneliti telah mempelajari lebih dari 100 pasangan kembar identik yang dipisahkan sejak lahir dan dibesarkan secara terpisah. Ternyata peneliti menemukan kesamaan untuk hampir setiap ciri perilaku, ini menandakan bahwa bagian variasi yang signifikan di antara anak-anak kembar ternyata terkait dengan faktor genetis. Penelitian ini juga memberi kesan bahwa lingkungan pengasuhan tidak begitu memengaruhi perkembangan kepribadian atau dengan kata lain, kepribadian dari seorang kembar identik yang dibesarkan di keluarga yang berbeda ternyata lebih mirip dengan pasangan kembarnya dibandingkan kepribadian seorang kembar identik dengan saudara-saudara kandungnya yang dibesarkan bersama-sama.

Faktor Lingkungan
Faktor lain yang memberi pengaruh cukup besar terhadap pembentukan karakter adalah lingkungan di mana seseorang tumbuh dan dibesarkan; norma dalam keluarga, teman, dan kelompok sosial; dan pengaruh-pengaruh lain yang seorang manusia dapat alami. Faktor lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk kepribadian seseorang. Sebagai contoh, budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan menghasilkan konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga ideologi yang secara intens berakar di suatu kultur mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh pada kultur yang lain. Misalnya, orang-orang Amerika Utara memiliki semangat ketekunan, keberhasilan, kompetisi, kebebasan, dan etika kerja Protestan yang terus tertanam dalam diri mereka melalui buku, sistem sekolah, keluarga, dan teman, sehingga orang-orang tersebut cenderung ambisius dan agresif bila dibandingkan dengan individu yang dibesarkan dalam budaya yang menekankan hidup bersama individu lain, kerja sama, serta memprioritaskan keluarga daripada pekerjaan dan karier.

Sabtu, 15 Juni 2013

Psikologi Perkembangan


Psikologi Perkembangan adalah cabang dari ilmu psikologi yang mempelajari perkembangan dan perubahan aspek kejiwaan manusia sejak dilahirkan sampai dengan mati. Terapan dari ilmu psikologi perkembangan digunakan di bidang berbagai bidang seperti pendidikan dan pengasuhan, pengoptimalan kualitas hidup dewasa tua, penanganan remaja.

Masa
Usia
Status Pekerjaan
bayi
lahir-3 tahun
Non produktif
balita
4-6 tahun
anak
7-12 tahun
Produktif
remaja
13-18 tahun
dewasa awal
19-39 tahun
dewasa tengah
40-60 tahun
dewasa akhir (lansia)
61 tahun-mati
Non produktif

Beberapa bagian dari psikologi perkembangan, diantaranya adalah:

Perkembangan Kognisi

Kognisi adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berpikir tentang seseorang atau sesuatu.
Proses yang dilakukan adalah memperoleh pengetahuan dan memanipulasi pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai, menalar, membayangkan dan berbahasa. Kapasitas atau kemampuan kognisi biasa diartikan sebagai kecerdasan atau inteligensi. Bidang ilmu yang mempelajari kognisi beragam, di antaranya adalah psikologi, filsafat, komunikasi, neurosains, serta kecerdasan buatan.
Kepercayaan/ pengetahuan seseorang tentang sesuatu dipercaya dapat memengaruhi sikap mereka dan pada akhirnya memengaruhi perilaku/ tindakan mereka terhadap sesuatu. mengubah pengetahuan seseorang akan sesuatu dipercaya dapat mengubah perilaku mereka. 

Perkembangan Moral 

Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang memiliki nilai implisit karena banyak orang yang memiliki moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus memiliki moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai memiliki moral yang baik, begitu juga sebaliknya.Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Setiap budaya memiliki standar moral yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku dan telah terbangun sejak lama. Moral juga dapat diartikan sebagai sikap,perilaku,tindakan,kelakuan yang dilakukan seseorang pada saat mencoba melakukan sesuatu berdasarkan pengalaman,tafsiran,suara hati,serta nasihat,dll. Moral merupakan kondisi pikiran, perasaan, ucapan, dan perilaku manusia yang terkait dengan nilai-nilai baik dan buruk.

Perkembangan Bahasa 

Bahasa adalah kapasitas khusus yang ada pada manusia untuk memperoleh dan menggunakan sistem komunikasi yang kompleks, dan sebuah bahasa adalah contoh spesifik dari sistem tersebut. Kajian ilmiah terhadap bahasa disebut dengan linguistik. Semua perkiraan dari jumlah akurat dari bahasa-bahasa di dunia bergantung kepada suatu perubahan sembarang antara perbedaan bahasa dan dialek. Namun, perkiraan beragam antara 6.000-7.000 bahasa. Bahasa alami adalah bicara atau bahasa isyarat, tapi setiap bahasa dapat disandikan ke dalam media kedua menggunakan stimulus audio, visual, atau taktil, sebagai contohnya, dalam tulisan grafis, braille, atau siulan. Hal ini karena bahasa manusia adalah modalitas-independen. Bila digunakan sebagai konsep umum, "bahasa" bisa mengacu pada kemampuan kognitif untuk dapat belajar dan menggunakan sistem komunikasi yang kompleks, atau untuk menjelaskan sekumpulan aturan yang membentuk sistem tersebut, atau sekumpulan pengucapan yang dapat dihasilkan dari aturan-aturan tersebut. Semua bahasa bergantung pada proses semiosis untuk menghubungkan isyarat dengan makna tertentu. Bahasa oral dan Bahasa isyarat memiliki sebuah sistem fonologis yang mengatur bagaimana simbol digunakan untuk membentuk urutan yang dikenal sebagai kata atau morfem, dan suatu sistem sintaks yang mengatur bagaimana kata-kata dan morfem digabungkan untuk membentuk frasa dan penyebutan.
Bahasa manusia unik karena memiliki properti-properti produktivitas, rekursif, dan pergeseran, dan karena ia secara keseluruhan bergantung pada konvensi sosial dan pembelajaran. Strukturnya yang kompleks mampu memberikan kemungkinan ekspresi dan penggunaan yang lebih luas daripada sistem komunikasi hewan yang diketahui. Bahasa diperkirakan berasal sejak hominin mulai secara bertahap merubah sistem komunikasi primata mereka, memperoleh kemampuan untuk membentuk suatu teori pikiran dan intensionalitas berbagi.
Perkembangan tersebut terkadang diperkirakan bersamaan dengan meningkatnya volume otak, dan banyak ahli bahasa melihat struktur bahasa telah berkembang untuk melayani fungsi sosial dan komunikatif tertentu. Bahasa diproses pada banyak lokasi yang berbeda pada otak manusia, tapi terutama di area Broca dan area Wernicke. Manusia mengakuisisi bahasa lewat interaksi sosial pada masa balita, dan anak-anak sudah dapat berbicara secara fasih kurang lebih umur tiga tahun. Penggunaan bahasa telah berakar dalam kultur manusia. Oleh karena itu, selain digunakan untuk berkomunikasi, bahasa juga memiliki banyak fungsi sosial dan kultural, seperti untuk menandakan identitas suatu kelompok, stratifikasi sosial, dan untuk dandanan sosial dan hiburan.

Perkembangan Gerak 

Gerakan motorik atau adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku gerakan yang dilakukan oleh tubuh manusia. Pengendalian motorik biasanya digunakan dalam bidang ilmu psikologi, fisiologi, neurofisiologi maupun olahraga. Pengendalian motorik mempelajari postur dan gerakan serta mekanisme yang menyebabkannya.
Terdapat berbagai jenis gerakan motorik :
  • Gerakan refleks
  • Gerakan terprogram
  • Gerakan motorik halus : menulis, merangkai, melukis dan sebagainya.
  • Gerakan motorik kasar : berjalan, merangkak, memukul, mengayunkan tangan.
Hal yang banyak dipelajari adalah:
  • Gerakan tangan seperti jenis genggaman, gerakan menjepit (pincer)
  • Koordinasi antara gerakan berbagai anggota tubuh pada olahragawan, penari atau pemain alat musik, pengendalian gerakan motorik.

Identitas Diri


Identitas diri adalah mengenal dan menghayati dirinya sebagai pribadi sendiri serta tidak tenggelam dalam peran yang dimainkan, misalnya sebagai anak, teman, pelajar, atupun teman sejawat. Identifikasi diri muncul ketika anak muda memilih nilai dan orang tempat dia memberikan loyalitasnya, bukan sekadar mengikuti pilihan orangtuanya. Orang yang sedang mencari identitasnya adalah orang yang ingin menentukan siapakah atau apakah yang dia inginkan pada masa mendatang (Erikson, 1968).
Proses terjadinya identitas diungkapkan secara abstrak yang merupakan proses restrukturisasi segala identifikasi dan gambaran diri terdahulu diolah dalam perspektif masa depan. Identitas merupakan kelanjutan dari masa kanak-kanak, pengertian diri yang sekarang, dan menjadi petunjuk di masa depan, oleh sebab itu seseorang membentuk identitas dirinya pada usia remaja akhir. Remaja yang berada pada periode remaja akhir dapat melihat dirinya dan tahu bagaimana bertindak untuk membentuk identitas dirinya. Identitas diri tidak dapat berkembang penuh sebelum masa remaja tengah dan akhir karena unsur pokok diintegrasikan (jenis kelamin, kemampuan fisik, seksualitas, kemampuan kognisi pada tahap operasional konkrit, dapat merespon harapan sosial) semua hal tersebut tidak muncul bersama dalam suatu waktu. Remaja akhir diharapkan dapat memutuskan identitas dirinya.

Jumat, 14 Juni 2013

PSIKOLOGI


Psikologi adalah sebuah bidang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang perilaku dan kognisi manusia.

Sejarah Psikologi


Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan,psikologi melalui sebuah perjalanan panjang. Konsep psikologi dapat ditelusuri jauh ke masa Yunani kuno sebelum Wundt mendeklarasikan laboratoriumnya di tahun 1879, yang dipandang sebagai kelahiran psikologi sebagai ilmu. Psikologi memiliki akar dari bidang ilmu filosofi yang diprakarsai sejak jaman Aristoteles sebagai ilmu jiwa, yaitu ilmu untuk kekuatan hidup (levens beginsel). Aristoteles memandang ilmu jiwa sebagai ilmu yang mempelajari gejala - gejala kehidupan. Jiwa adalah unsur kehidupan (Anima), karena itu tiap - tiap makhluk hidup mempunyai jiwa. Dapat dikatakan bahwa sejarah psikologi sejalan dengan perkembangan intelektual di Eropa, dan mendapatkan bentuk pragmatisnya di benua Amerika.

Fungsi Psikologi sebagai Ilmu

Psikologi memiliki tiga fungsi sebagai ilmu yaitu:
  • Menjelaskan, yaitu mampu menjelaskan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasilnya penjelasan berupa deskripsi atau bahasan yang bersifat deskriptif.
  • Memprediksi, yaitu mampu meramalkan atau mempredikdi apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasil prediksi berupa prognosa, prediksi atau estimasi.
  • Pengendalian, yaitu mengendalikan tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan. perwujudannya berupa tindakan yang sifatnya prebentif atau pencegahan, intervensi atau treatment serta rehabilitasi atau perawatan.

Pendekatan Perilaku
Pendekatan perilaku, pada dasarnya tingkah laku adalah respon atas stimulus yang datang. Secara sederhana dapat digambarkan dalam model S - R atau suatu kaitan Stimulus - Respon. Ini berarti tingkah laku itu seperti reflek tanpa kerja mental sama sekali.

Pendekatan Kognitif
Pendekatan kognitif menekankan bahwa tingkah laku adalah proses mental, dimana individu (organisme) aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan, dan menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi. Individu menerima stimulus lalu melakukan proses mental sebelum memberikan reaksi atas stimulus yang datang.

Pendekatan Psikoanalisa
Pendekatan psikoanalisa dikembangkan oleh Sigmund Freud. Ia meyakini bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar. Sehingga tingkah laku banyak didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan, impuls, atau dorongan. Keinginan atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam bawah sadar dan sewaktu-waktu akan menuntut untuk dipuaskan.

Pendekatan Fenomenologi
Pendekatan fenomenologi ini lebih memperhatikan pada pengalaman subyektif individu karena itu tingkah laku sangat dipengaruhi oleh pandangan individu terhadap diri dan dunianya, konsep tentang dirinya, harga dirinya dan segala hal yang menyangkut kesadaran atau aktualisasi dirinya. Ini berarti melihat tingkah laku seseorang selalu dikaitkan dengan fenomena tentang dirinya.

Minggu, 09 Juni 2013

Laporan Hail Observasi Mata Kuliah Psikologi Pendidikan


LAPORAN HASIL OBSERVASI MATA KULIAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN
TERKAIT DENGAN E-LEARNING

OLEH :
1.      M.ZAKHRI HARAHAP                      1213011086
2.      SANTHA REBECCA                           1213011106
3.      HARNING KHAIRUNISA                 1213011118
4.      CLAUDIA CINDRY                            12130120
5.      MIRANTI WITRY NOVITA               121301124


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunianya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas observasi dan laporan hasil observasi mata kuliah Psikologi Pendidikan terkait dengan system pembelajaran e-learning.
Laporan ini berisikan tentang hasil observasi kami terkait dengan penggunaan system pembelajaran e-learning di sekoah SMA Negeri 1 Medan. Diharapkan laporan ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang bagaimana penerapan e-learning di sekolah tersebut.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.


LAPORAN HASIL OBSERVASI
Penjelasan Deskripsi Sekolah dan Perangkatnya
A.    Identitas Sekolah
1.      Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Medan
2.      Alamat Sekolah : Jalan Cik Ditiro NO.1 Medan
3.      Uang Sekolah : Rp. 300.000,- / bulan
4.      Konsep e-learning yang digunakan :
·         Syncron,
·         Offline, dan
·         Online(di laboratorium)
5.      Sejak kapan konsep e-learning digunakan : 2009
B.     Uraian Objektif Observasi
1.      Waktu Dilakukan : pukul 11.00 – 12.00 WIB dan 13.00 – 14.00 WIB
2.      Berapa lama : 120menit terbagi atas dua mata pelajaran dan dua kelas
3.      Pembagian dalam mengamati objek :
·         tiga orang sebagai interviewer dan dua orang sebagai interviewe. Interviewer yaitu Santha Rebecca (12-106) , Claudia C (12-120), Harning Khairunnisa (12-118)
·         satu orang bertugas mengamati proses belajar di dalam kelas dan mencatat hasil observasi, yaitu Miranty Witry ( 12-124) 
·         satu orang bertugas mengambil gambar selama pengamatan, yaitu M.Zakhri Harahap (12-086)

C.     Laporan Hasil Observasi 
       I.            Pendahuluan
Perkembangan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi saat ini sudah sangat berkembang pesat di dunia khususnya di Indonesia. Di dalam kehidupan sehari-hari teknologi merupakan alat yang sangat membantu manusia dalam beraktivitas dan membantu meringankan beban pekerjaan manusia. Dalam semua aspek kehidupan, teknologi sangat berperan pentng dalam kelangsungan hidup manusia seperti Mobil pribadi, Telefon selular, Komputer, Internet dan alat-alat lainnya yang dapat menghubungkan antara satu individu dengan individu lainnya.
Di dalam dunia pendidikan, Teknologi, Informasi, dan Komunikasi sudah sangat berkembang. Salah satu perkembangan TIK di dunia pendidikan adalah konsep pembelajaran e-learning. Konsep pembelajaran e-learning adalah pembelajaran berbasis internet dimana mahasiswa dihadapkan dengan metode pembelajaran yang berbasis Teknologi seperti Laptop, komputer, proyektor, internet, dan sebagainya. Oleh karena itu Teknologi, Informasi, dan Komunikasi sangat diperlukan dan harus diterapkan agar siswa kita mampu untuk bersaing dengan perkembangan dunia saat ini.
    II.            Landasan Teori
Teknologi sangat berperan pentng didalam dunia pendidikan dimana teknologi sangat mempengaruhi proses belajar dan dapat mengembangakn pola pikir manusia dalam memahami perkembangan dunia saat ini. Untuk memahami perkembangan teknologi, kita juga harus memahami faktor-faktor pendukung didalamnya khususnya dalam pembelajaran e-learning ini dimana terdapat metode-metode pendukung pembelajaran e-learning sehari-hari. Berikut ini akan terdapat metode-metode pembelajaran e-learning :
·         Motivasi
Motivasi adalah proses memberikan semangat, arah, kegigihan perilaku artinya suatu perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama. Motivasi adalah komponen utama dari prinsip psikologi learned-center . motivasi adalah aspek penting dari pengajaran dan pembelajaran. Murid yang tidak mempunyai motivasi tidak akan berusaha keras untuk belajar, sedangkan murid yang bermotivasi tinggi senang ke sekolah dan menyerap proses belajar.
Didalam setiap diri individu terdapat dua motivasi untuk meraih sesuatu yaitu:
1.      Motivasi Ekstrinsik, adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain dimana motivasi ini sangat dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman.
2.      Motivasi Intrinsik, adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu hal demi tujuan itu sendiri.
Perspektif psikologis menjelaskan motivasi dengan cara yang berbeda berdasarkan perspektif yang berbeda pula. Ada empat perspektif motivasi, yaitu sebagai berikut:
1.      Perspektif Behavioral dimana menekankan imbalan dan hukuman sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid.
2.      Perspektif Humanistis dimana menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka, dan kualitas positif.
3.      Perspektif Kognitif dimana menekankan pemikiran murid dalam memandu motivasi mereka.
4.      Perspektif Sosial dimana menekankan pada motivasi dalam menciptakan hubungan sosial dengan orang lain secara aman.
·         Teori Belajar
Dalam dunia pendidikan menggunakan 4 teori belajar yaitu sebagai berikut :
1.     Behavioral yaitu cara belajar dengan mengamati. Pandangan yang menyatakan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati bukan dengan proses mental.
2.     Kognitif yaitu cara belajar dimana terjadinya  proses mental atau berfikir. Dimana didasarin oleh pemikiran gestakt yaitu semua kegiatan belajar menggunakan pemahaman terhadap hubungan-hubungan terutama hubungan antara sebagian dan keseluruhan. Tingkat kejelasan dan keberartian diri apa yang diamati dalam situasi belajar adalah lebih meningkatkan kemampuan belajar seseorang dari pada dengan hukuman dan ganjaran.
3.     Kognitif sosial yaitu proses belajar dimana faktor sosial, kognitif, dan perilaku memainkan peranan penting dalam pemberlajaran. Hal itu didukung oleh teori Bandura yang mengembangkan model determinisem-resiprokal.
4.     Humanistik yaitu proses belajar di mana kita berusaha memahami perilaku seseorang dari sudut pelaku bukan pengamat.
·         Orientasi Belajar
1.      Teacher Center Learning
Teacher Centered Learning atau pengajaran berorientasi pada guru, pembelajaran ini mencakup pembuatan sasaran perilaku, analisis tugas dan mengembangkan taksonomi intruksional. Pengajaran ini berorientasi pada guru yang terstruktur, dimana guru mengatur dan mengontrol, mengharapkan kemajuan murid, memaksimalkan waktu murid untuk tugas-tugas akdemik, dan menekan sikap negative sampai ke tingkat minimum.
2.      Student Center Learning
Intruksi dan perencanaan Student Center Learning adalah pada siswa, bukan guru. Siswa bertugas untuk mengatur dan mengontrol jalannya proses belajar mengajar dan bentuk pembelajarannya adalah diskusi dan presentasi. Guru bertugas sebagai fasilitator.
·         Manajemen Kelas
Manajemen kelas adalah kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar yang efektif didalam kelas.
 III.            III. Objek Penelitian
     Objek observasi yang kami fokuskan disini adalah siswa, guru, dan konsep pembelajaran e-learning.
 IV.            IV. Jadwal Pelaksanaan
     Hari                 :  Senin
     Tanggal           : 25 Mey 2013
     Pukul               : 11.00 WIB s/d selesai
    V.           V.  Pelaksanaan
Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Obseravasi di SMAN 1 Medan
No
Waktu
Keterangan
1
10.00 WIB
Semua Anggota Kelompok berkumpul di sekolah SMAN 1 Medan
2
10.30-11.30
Melakukan observasi di kelas XI-2
3
13.00-14.00
Melakukan observasi di kelas XII IA - 3



 VI.                 VI.  Laporan Penelitian
a.       Kelas pertama
·         Mata pelajaran : sosiologi
·         Topik : perilaku menyimpang
·         Kelas : X-12
·         Jumlah murid : 22 orang
·         Teori belajar : Behavioristik dan humanistic
·         Motivasi : intrinsic dan ekstrinsik
·         Orientasi belajar : TCL dan SCL
·         Manajemen kelas : gaya auditorium
 
Hasil wawancara
Murid 1 / murid berprestasi di kelas
Nama : Dira Fitri – 15 tahun
Pertanyaan 1 : apakah di setiap mata pelajaran menggunakan konsep e-learning?
Jawab : tergantung guru. Ada yang pakai konsep e-learning, ada yang dengan ceramah, biasanya mata pelajaran eksakta.
Pertanyaan 2 : apakah setiap hari menggunakan laptop sebagai alat bantu belajar?
Jawab : hampir selalu, setiap ada tugas menggunakan laptop dan bantuan internet, terkadang digunakan di laboratorium
Pertanyaan 3: bagaimana pemahaman murid apabila menggunakan konsep e-learning?
Jawab : pemahaman nya baik dan efektif
Pertanyaan 4: manakah yang Anda pilih? Metode ceramah atau presentasi?
Jawab : ceramah untuk pelajaran eksak dan presentasi untuk pelajaran sosial
Murid 2 / ketua kelas
Nama : Pradipta – 16 tahun
Pertanyaan 1 : apakah di setiap mata pelajaran menggunakan konsep e-learning?
Jawab : tergantung guru. Ada yang pakai konsep e-learning, ada yang dengan ceramah, biasanya mata pelajaran eksakta.
Pertanyaan 2 : apakah setiap hari menggunakan laptop sebagai alat bantu belajar?
Jawab : hampir selalu, setiap ada tugas menggunakan laptop dan bantuan internet, terkadang digunakan di laboratorium
Pertanyaan 3 : bagaimana pemahaman murid apabila menggunakan konsep e-learning?
Jawab :  gak terlalu nyerap, tergantung mata pelajaran nya
Pertanyaan 4: manakah yang Anda pilih? Metode ceramah atau presentasi?
Jawab : ceramah untuk pelajaran eksak dan presentasi untuk pelajaran sosial
                                            
b.      Kelas Kedua
·     Mata pelajaran : Kimia
·         Topik : pembahasan soal-soal menjelang UAS
·         Kelas : XI-IA 3
·         Jumlah murid : 25 orang
·         Teori belajar : Behavioristik dan humanistic
·         Motivasi : intrinsic dan ekstrinsik
·         Orientasi belajar : TCL dan SCL
·         Manajemen kelas : gaya auditorium
                                                     
Hasil wawancara
Murid 1
Nama : Putri -16 tahun
Pertanyaan 1 : apakah di setiap mata pelajaran menggunakan konsep e-learning?
Jawab :. Tidak, hanya mata pelajaran tertentu
Pertanyaan 2 : apakah setiap hari menggunakan laptop sebagai alat bantu belajar?
Jawab : tidak, biasanya hanya apabila ada tugas
Pertanyaan 3 : bagaimana pemahaman murid apabila menggunakan konsep e-learning?
Jawab : cukup baik untuk mata pelajaran non eksak
 Pertanyaan 4: manakah yang Anda pilih? Metode ceramah atau presentasi?
Jawab : metode ceramah
                                
VII.            Evaluasi
a.       Sebelum dilakukan observasi, anggota kelompok yaitu Harning (12-118) dan M.Zakhri (12-086) melakukan pengecekan ke lokasi yang dituju untuk melakukan penelitian.  Disana anggota kelompok melakukan pengecekan lokasi dan syarat apa yang harus dipenuhi untuk melakukan observasi dan pihak sekolah mengkonfirmasi bahwa kelompok dapat melakukan observasi di sekolah tersebut.
b.      Kegiatan observasi dilaksanakan pada pagi hari sampai dengan siang hari dimana kelompok memasuki kelas yang sudah ditentukan oleh pihak sekolah .
c.       Wawancara dilakukan dengan mengkonfirmasi terlebih dahulu kepada siswa apakah ada yang bersedia untuk diwawancara.
d.      Selama proses observasi berlangsung, anggota kelompok duduk di bangku belakang dan mengikuti jalannya proses belajar-mengajar.
e.       Masing-masing anggota kelompok melakukan tugasnya masing-masing dimana ada yang bertugas sebagai observer, dokumentasi, dan interviewer.
f.       Observasi yang dilakukan berjalan cukup baik dan data-data yang terkumpul dapat memenuhi tuntutan laporan hasil observasi.
                                                       
                                                     

D.    Rangkuman Hasil Observasi
1.      Rangkuman Menurut Kelompok
Konsep e-learning cukup efektif digunakan dalam system pembelajaran walaupun tidak semua mata pelajaran. Konsep e-learning cukup efektif digunakan dalam system pembelajaran walaupun tidak semua mata pelajaran. Menurut siswa siswi, menggunakan cara ini merupakan fungsi kebutuhan yang mendukung system pembelajaran yang dapat membantu siswa-siswi dalam memahami pelajaran mereka. Ketika system ini sudah digunakan dalam semua sekolah atau menjadi standarisasi system pendidikan, akan jadi lebih baik aplikasi nya dalam proses belajar mengajar
2.      Rangkuman Menurut Pandangan Pribadi
Menurut saya observasi seperti ini sangat bagus dilakukan untuk mata kuliah psikologi. Hal ini dikarenakan dapat membantu atau membuat mahasiswa psikologi bisa lebih mengerti apa kemauan setiap anak sekolah untuk program belajar seperti apa yang sebenarnya mereka inginkan.

E.     Testimoni tentang perencanaan dan proses observasi dari masing-masing anggota kelompok
m.zakhri harahap12-086 : beberapa sekolah seharusnya sudah menggunakan system ini karena menurut saya cukup efektif untuk membantu proses belajar mereka
santa 12-106 : menggunakan system e-learning ini cukup efektif dan lebih variatif
harning 12-118 : konsep ini cukup baik untuk dijadikan standarisasi proses belajar
Claudia 12-120: konsep e-learning mulai memasuki tahap kebutuhan dalam suatu fasilitas yang penting saat melangsungkan proses pembelajaran
Miranti 12-124 : pembelajaran ini memungkinkan siswa jadi lebih aplikatif dan menumbuhkan rasa percaya diri saat mereka harus berperan menjadi tim penyaji yang menggunakan bahan materi menggunakan konsep e-learnin. Contoh nya presentasi.